Senin, 26 Juli 2010

Artikel

Jakarta, (Pakuan).- Puluhan mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) kembali berunjuk rasa di depan kampus mereka di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Aksi puluhan mahasiswa ini berlangsung damai. Mereka hanya memasang spanduk dan berosari menolak kenaikan harga BBM serta mengecam tindak kekerasan yang terjadi Kampus Universitas Nasional. Unjuk rasa yang berlangsung 10 menit ini tidak mengganggu lalu lintas. Sebelumnya, demonstrasi mahasiswa UKI sempat memacetkan lalu lintas selama beberapa jam karena mereka memblokade Jalan Letjen Sutoyo. Unjuk rasa ini berakhir setelah Rektor UKI Bernard Hutabarat dan polisi setempat turun ke lapangan Ratusan mahasiswa Unas juga berunjuk rasa. Kali ini mereka mendatangi Markas Polres Metro Jakarta Selatan menuntut pembebasan puluhan rekan mereka yang ditahan. Mahasiswa menutup akses Jalan Panglima Polim menuju Jalan Wijaya. Arus kendaraan terpaksa dialihkan. Sejumlah perwakilan mahasiswa diterima Kepala Polres Jaksel dan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jaksel. Pertemuan berlangsung tertutup. Hingga dialog berakhir, para mahasiswa Unas gagal membawa rekan mereka keluar dari ruang tahanan. Sebelumnya, orangtua dan mahasiswa Unas yang menjadi korban kekerasan meminta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia membentuk tim pencari fakta dan menangguhkan penahanan para mahasiswa. Wakil Ketua Komnas HAM, Ridha Saleh menyatakan pihaknya sudah membentuk tim. Temuan awalnya menunjukkan polisi telah melanggar HAM. Sekitar seribu nelayan memblokade jalan di kawasan Kota Lamongan, Jawa Timur, sebagai bentuk penolakan kenaikan harga BBM. Para nelayan juga membakar perahu karena kecewa terhadap keputusan pemerintah yang menyulitkan mata pencaharian mereka. Aksi nelayan ini berlanjut ke Gedung DPRD setempat. Secara simbolis, mereka menyerahkan perahu ke anggota Dewan. Kepolisian menuding adanya kelompok tertentu di balik maraknya unjuk rasa yang berakhir bentrok dengan polisi. Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Polri Inspektur Jenderal Polisi Abu Bakar Nataprawira mensinyalir ada kelompok tertentu yang berupaya membenturkan mahasiswa dengan polisi yang menangani demonstrasi menolak kenaikan harga BBM. Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta agar unjuk rasa mahasiswa tidak mengganggu fasilitas umum dan merugikan masyarakat. Mengkritisi kebijakan pemerintah memang sah-sah saja. Tapi jika kritik itu disampaikan dengan cara yang tak simpatik dan justru merugikan orang lain, apa gunanya?